PENGGUNAAN MIKROOGRANISME LOKAL (MoL) DAUN SIRIH MERAH (Piper porphyrophyllum N.E.Br.) DAN BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) UNTUK MENGENDALIKAN INVASI KEPIK HITAM (Paraeucosmetus pallicornis Dallas) PADA TANAMAN PADI
Inrianti1)
dan Sepling Paling2)
1) Staf Pengajar Prodi Agroteknologi STIPER Petra Baliem Wamena,
Jayawijaya, Papua
2) Staf Pengajar Prodi Pendidikan Matematika STKIP Kristen Wamena,
Jayawijaya, Papua
E-mail: 1)inrianticute@yahoo.com
ABSTRAK
Kepik Hitam merupakan salah satu
hama yang menginvasi bulir padi sehingga menyebabkan produksi padi menjadi
rendah dan kualitas beras yang dihasilkan juga rendah. Kualitas beras yang
rendah akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani yang ada di beberapa daerah
di Indonesia dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap tingkat perekonomian
bangsa dan negara. Untuk itu, tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk
mengetahui daya bunuh Mikroorganisme Lokal (MoL) daun sirih merah dan larutan
MoL biji srikaya dalam mengendalikan serangan hama kepik hitam yang menyerang
malai padi. Penelitian dilaksanakan melalui 3 tahap yaitu pembuatan MoL,
perbanyakan serangga uji, dan uji efektifitas MoL pada kepik hitam. Kemudian
data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis Variance (ANAVA) melalui uji F dan dilanjutkan dengan uji LSD/BNT. Hasil
penelitian yang diperoleh bahwa penggunaan larutan MoL daun sirih merah 3% melalui
kontak makanan kepik hitam dengan cara perendaman malai padi selama 2 hari
menunjukkan tingkat mortalitas kepik hitam yang lebih tinggi yaitu 92,5% dibandingkan
dengan perlakuan melalui kontak integumen dengan cara penyemprotan yaitu
sebesar sebesar 82,5%. Selanjutnya perlu dilakukan
penelitian lanjutan dalam mengidentifikasi metabolit sekunder mikroba yang
terdapat dalam larutan MoL daun Sirih merah dan larutan MoL ekstrak biji
Srikaya yang berperan untuk mematikan kepik hitam.
Kata Kunci: Kepik
Hitam, Sirih Merah, Srikaya, Mikroorganisme Lokal (MoL), Tanaman Padi
PENDAHULUAN
Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan salah satu
komoditas yang paling penting bagi penyediaan pangan utama di Indonesia. Hal
ini dikarenakan padi merupakan bahan pokok utama yang dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, produksi padi seyogyanya ditingkatkan
dari tahun ke tahun sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia.
Peningkatan produksi padi akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, peningkatan produksi padi atau beras bertujuan untuk meminimalisir impor
beras dari negara lain. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya devisa negara.
Salah satu kendala utama dalam
meningkatkan hasil pertanian tanaman padi adalah adanya serangan hama kepik
hitam (Paraeucosmetus pallicornis
Dallas). Serangan kepik hitam pada tanaman padi sangat merugikan petani padi
karena beras yang dihasilkan memiliki kualitas yang rendah. Penurunan kualitas
beras disebabkan invasi kepik hitam dengan cara memasukkan stiletnya ke dalam
bulir padi dan menghisap cairan yang ada dalam bulir padi sehingga bulir padi
menjadi coklat dan beras menjadi coklat kehitaman. Selain itu, pada saat
digiling gabah (bulir padi) sangat rapuh (patah-patah) dan terasa pahit jika
dikonsumsi (Baskoro, 2009).
Rauf dan Lanya (2009)
menemukan adanya serangan hama baru kepik penghisap bulir padi di Desa Matani
dan Popontolen, Kabupaten Minahasa Selatan dan mendapati adanya serangan kepik
hitam pada tanaman padi fase generatif, rerumputan di galengan dan tepi Sungai
Kwarter. Jumlah populasi kepik hitam yang menyerang pertanaman tersebut sangat
tinggi dengan tingkat serangan 50% pada hamparan sekitar 5 ha. Jumlah populasi
yang ditemukan sekitar 2 – 20 ekor per rumpun (Rauf dan Lanya, 2009).
Sebelumnya telah dilaporkan oleh Rauf
dan Lanya (2008) bahwa kepik hitam telah menyebar di beberapa wilayah seperti
Provinsi Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur. Laporan BBPOPT bekerjasama
dengan IP3OPT (2011) menyatakan adanya invasi hama kepik hitam di lahan
pertanian padi sawah di Kabupaten Wajo. Bahkan saat penelitian ini dilakukan,
telah ditemukan hama kepik hitam di persawahan padi di desa Pacellekang,
Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa.
Sampai saat ini belum
ada teknologi pengendalian hama yang dapat digunakan. Hasil wawancara dengan
petani yang ada di Kabupaten Gowa bahwa kepik hitam resisten terhadap
insektisida sintetis, meskipun telah dilakukan penyemprotan secara bertahap,
namun kepik hitam masih saja bermunculan dan menyerang malai padi.
Untuk itu, dirasa
perlu dilakukan pengendalian hama secara alami dengan menggunakan berbagai
jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai insektisida alami untuk
mengendalikan serangan kepik hitam pada bulir-bulir tanaman padi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium dan rumah kaca Fakultas
Pertanian serta di Laboratorium Bioteknologi Universitas Hasanuddin Makassar.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai bulan Oktober 2012.
Alat
yang digunakan pada penelitian ini yaitu kurungan-kurungan yang berukuran 160
cm x 65 cm, ember-ember plastik berdiameter 20 cm, botol, kayu, blender,
saringan, dan sprayer. Bahan yang digunakan antara lain daun Sirih Merah, biji
Srikaya masing – masing sebanyak 100 gram, air cucian beras sebanyak 1 liter
dan 5 sendok makan gula pasir.
Tahap-tahap
pelaksanaan penelitian diawali dengan melakukan pembuatan MoL, perbanyakan
serangga uji, dan uji efektifitas MoL pada kepik hitam. Adapun tahap tersebut
sebagai berikut:
Pembuatan
MoL Daun Sirih Merah dan Biji Srikaya
Daun sirih merah dan biji srikaya
sebanyak 100 g dicuci bersih dan dihancurkan dengan menggunakan blender lalu
dimasukkan ke dalam kaleng cat ukuran 5 kg yang telah dicuci bersih.
Masing-masing ekstrak tersebut di tambahkan air cucian beras sebanyak 1 liter
dan 5 sendok makan gula pasir. Bahan-bahan tersebut diaduk sampai berwarna
coklat kemudian kaleng ditutup rapat di beri isolasi agar tidak ada udara masuk
kedalamnya. Campuran ekstrak tersebut di beri label dan kemudian di fermentasi
selama 14 hari.
Setelah 14 hari, hasil fermentasi
berupa MoL disaring dengan menggunakan saringan kawat kemudian masing-masing
MoL di masukkan kedalam botol plastik ukuran 1 liter untuk di gunakan. Namun
sebelum digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan terhadap
efektifitas MoL yang akan digunakan.
Perbanyakan
Kepik Hitam (Paraeucosmetus pallicornis
Dallas)
Dalam pengujian laboratorium dan
lapangan digunakan imago kepik hitam yang di kumpulkan dari desa pacellekang
kec.pattalassang, Kab. Gowa. Kemudian di lanjutkan dengan pemeliharaan
kepik-kepik itu dalam kurungan-kurungan yang berukuran 160 cm x 65 cm di isi
dengan tanaman padi yang sebelumnya sudah ditanam dalam ember-ember plastik
berdiameter 20 cm, berisi 4 kg tanah yang telah di beri air.
Uji
Efektifitas MoL Terhadap Kepik Hitam
Tiga konsentrasi ekstrak
masing-masing 3 %, 4%, dan 5 %, di aplikasikan ke serangga uji, masing-masing
sebanyak 5 ekor imago kepik yang yang sebelumnya telah di kurung di dalam
kurungan kasa yang terbuat dari kain tile yang di pasang pada kawat berbentuk
selinder. Kurungan tersebut di pakai untuk mengurung kepik beserta tanaman padi
yang telah ditanam sebelumnya sampai bermalai pada fase masak susu sebagai
makanan kepik.
Setiap larutan MoL di aplikasikan
dengan menggunakan sprayer melalui lubang pada sisi kurungan sebanyak 100
ml/kurungan. Pengamatan dilakukan pada mortalitas kepik hitam pada tiap konsentrasi. Konsentrasi MoL yang
terpilih adalah konsentrasi yang mematikan kepik hitam antara 0-100%. Hasil uji
pendahuluan ini menunjukkan bahwa konsentrasi larutan MoL yang dipilih adalah
3% yang diencerkan dengan aquades sebanyak 100 mL.
Uji ke efektifan MoL terhadap
kepik di lakukan melalui dua metode yaitu:
1. Kontak
Integumen
Untuk kontak intugumen, ekstrak dengan
konsentrasi yang terpilih di aplikasikan dengan penyemprotan ke seluruh tubuh
kepik hitam, dan untuk uji ekstrak melalui makanan di lakukan melalui malai
yang di celup kedalam suspensi ekstrak dengan konsentrasi yang sama pada
percobaan intugumen kontak. Ada lima perlakuan yang dicobakan yakni; a. kontrol
(penyemprotan kepik dengan aquades), b. penyemprotan dengan larutan MoL daun
sirih merah, c. penyemprotan dengan larutan MoL biji srikaya. Masing-masing
perlakuan di ulang empat kali. Setiap ulangan menggunakan 10 ekor kepik dewasa.
Pengamatan dilakukan setengah jam setelah aplikasi MoL dan selanjutnya
dilakukan selang waktu 1 jam sampai semua kepik hitam mati. Pengamatan di
lakukan terhadap mortalitas kepik hitam dengan rumus mutlak:
M = a/b x 100%,
Keterangan:
M = mortalitas ( % )
a = banyaknya serangga yang mati
b = banyaknya serangga yang diujikan.
2. Melalui
Makanan
Pada uji
larutan MoL melalui makanan, maka kepik di pelihara pada malai yang sudah di
celup pada larutan MoL daun sirih merah dan MoL biji srikaya selama 48 jam
kemudian serangga yang belum mati di pindahkan ke malai dalam kurungan tanpa dilakukan
penyemprotan larutan MoL sampai lima hari.
Analisis
Data
Untuk mengetahui adanya beda
nyata antar perlakuan maka data-data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan analisis variance (ANAVA)
melalui uji F dengan taraf signifikansi 0,05. Jika terdapat perbedaan maka
dilanjutkan dengan melakukan uji Leat Significance Difference (LSD) yang
biasanya juga disebut uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Untuk memudahkan peneliti
dalam mengolah data, maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan bantuan
program SPSS.
HASIL PENELITIAN
Percobaan MoL daun sirih merah
dan biji srikaya dalam mengendalikan kepik hitam yang meyerang malai padi
dilihat dari tingkat mortalitas imago kepik hitam yang diujicobakan. Adapun
hasil percobaan tersebut sebagai berikut:
Tabel 1. Rata – rata tingkat mortalitas (%) Kepik Hitam
per hari yang diberi perlakuan penyemprotan MoL Daun Sirih Merah dan Biji
Srikaya melalui kontak integumen dengan
konsentrasi 3 %
Perlakuan |
Hari |
Rata-rata |
||
1 |
2 |
3 |
||
Kontrol |
2,5a |
2,5a |
2,5a |
2.5 |
Daun Sirih Merah |
60c |
82,5c |
100c |
80.8 |
Biji Srikaya |
52,5bc |
72.5bc |
95bc |
73.3 |
Keterangan:
Pemberian abjad a, b, dan c menunjukkan bahwa perlakuan tersebut berbeda nyata
pada taraf signifikansi 0.05 dengan uji BNT.
Gambar
1. Persentase mortalitas Kepik Hitam yang diberi perlakuan penyemprotan MoL Daun Sirih Merah dan Biji Srikaya melalui
kontak integumen dengan konsentrasi 3 %.
Tabel 2. Rata-rata Tingkat Mortalitas (%) Kepik
Hitam per hari pada perlakuan perendaman Malai Padi sebagai makanan Kepik Hitam
dengan menggunakan MoL Daun Sirih Merah dan MoL Biji Srikaya konsentrasi
3% selama 10 detik.
PERLAKUAN |
HARI |
RATA-RATA |
|
1 |
2 |
||
Kontrol |
2,5a |
2,5a |
2,5 |
Daun Sirih Merah |
62,5c |
93c |
77,5 |
Biji Srikaya |
37,5b |
60b |
48,8 |
Keterangan:
Pemberian abjad a, b, dan c menunjukkan bahwa perlakuan tersebut berbeda nyatapada
taraf signifikansi 0.05 dengan uji BNT.
Gambar
2. Persentase mortalitas Kepik Hitam yang diberi perlakuan MoL Daun Sirih Merah dan Biji Srikaya melalui
makanan malai padi yang telah direndam larutan MoL dengan konsentrasi 3%.
Berdasarkan kedua tabel tersebut
ditemukan bahwa larutan MoL daun sirih merah yang memiliki potensi yang besar
dalam mengendalikan kepik hitam yang menyerang bulir tanaman padi. Untuk itu,
dilakukan identifikasi mikroba yang terdapat dalam larutan MoL daun sirih merah
tersebut.
Tabel
3. Hasil identifikasi mikroba yang terdapat pada larutan MoL Daun Sirih Merah
Replikasi |
Bentuk Koloni |
Warna Koloni |
Reaksi Gram |
Endospora |
Anaerob |
Uji Koloni Kuning |
Hasil Identifikasi |
1 |
panjang/ lurus |
putih |
+ |
+ |
- |
- |
Baccillus |
2 |
panjang/ lurus |
putih |
+ |
+ |
+ |
+ |
Clostridium |
3 |
bulat/ Lurus |
putih |
+ |
- |
- |
- |
Streptomyces |
PEMBAHASAN
Hasil penelitian di atas
menunjukkan bahwa penggunaan larutan MoL daun sirih merah yang disemprotkan
dengan konsentrasi 3% dalam aquades sebanyak 100 mL dapat meningkatkan
mortalitas kepik hitam. Data pada tabel 1
menunjukkan bahwa tingkat
mortalitas kepik hitam pada setiap hari pada aplikasi larutan MoL dengan konsentrasi
3% yang dicobakan mulai hari pertama terlihat adanya perbedaan yang nyata.
Mortalitas kepik hitam tertinggi terdapat pada perlakuan MoL daun sirih merah
yakni 100% dalam 3 hari nyata sangat berbeda dibanding perlakuan larutan MoL biji srikaya yang hanya mencapai
95%. Bahkan pada percobaan tanpa diberikan penyemprotan larutan MoL hanya
mencapai 2,5% dari hari pertama sampai pada hari ketiga pengamatan.
Dari gambar 1 terlihat bahwa
persentase mortalitas kepik hitam yang disemprot dengan larutan MoL daun sirih
merah mencapai 100% meskipun pada hari yang ketiga tren mortalitas kepik hitam
mengalami penurunan. Namun demikian, terlihat bahwa kepik hitam mengalami
kematian secara menyeluruh pada hari yang ketiga. Hal ini membuktikan bahwa
untuk mengendalikan hama yang menyerang bulir-bulit tanaman padi yaitu kepik
hitam dapat dilakukan dengan menyemprotkan larutan MoL daun sirih merah
konsentrasi 3% dengan waktu yang dibutuhkan setelah penyemprotan yaitu selama
tiga hari untuk mendapatkan mortalitas kepik hitam yang sempurna. Sedangkan
pada perlakuan penyemprotan larutan MoL biji srikaya konsentrasi 3% dengan
waktu tunggu selama tiga hari, mortalitas kepik hitam hanya mencapai 95%. Hal
ini tentunya lebih baik dibandingkan dengan tanpa penyemprotan larutan MoL
(kontrol) jika mengalami kesulitan dalam mendapatkan daun sirih merah dan hanya
tanaman srikaya yang tersedia dan mudah didapatkan.
Percobaan tersebut menunjukkan bahwa
sebenarnya beberapa jenis tumbuhan dapat digunakan sebagai insektisida alami dalam
pengenddalian hama yang menyerang tanaman sehingga mengganggu produksi
pertanian. Stoll, (1988) mengemukakan bahwa hampir semua jenis tanaman mengandung senyawa alkaloid, terpenoid, fenol, flavonoid, saponin,
tanin dan minyak atsiri. Beberapa di antara
senyawa tersebut bersifat insektisida yang bekerja sebagai racun kontak,
zat penolak (repellent), antifeedant dan penghambat pertumbuhan (Growthinhibitor).
Sirih merah yang digunakan dalam percobaan ini mengandung flavonoid dan tanni.Kandungan falvonoid dalam daun
sirih merah memiliki rasa yyang pahit sehingga dapat menolak jenis larva
tertentu (Markham, 1988; Robinson, 1995; Sastrohamidjojo, 1996). Sedangkan biji srikaya (A. squamosa) mengandung
senyawa annonain yang terdiri dari squamosin dan asimisin yang bersifat racun
kontak terhadap serangga. Dengan demikian biji srikaya dapat digunakan dalam
mengendalikan hama (Grainge dan Ahmad, 1988).
Sebagai racun kontak
dapat juga terlihat dari penampilan kepik yang
akan mati akibat penyemprotan larutan MoLyakni kepik berputar-putar
dahulu kemudian merenggangkan tungkainya. Setelah mati tubuh dari kepik
berwarna agak kuning kehitaman. Sujanto et. al (1999) melaporkan bahwa ekstrak biji srikaya cukup
efektif untuk mengendalikan hama kumbang kedelai Phaedonia inclusa. Senyawa Saponin yang terdapat pada kedua
ekstrak tanaman tersebut merupakan
senyawa seperti sabun dan dapat menghemolisis sel darah, sehingga apabila
diaplikasikan secara kontak ke tubuh serangga akan menyebabkan kerusakan pada
integumen. Senyawa flavonoid dapat
menghambat transportasi asam amino leusin dan bersifat toksik terhadap
serangga. Selain
itu, ekstrak daun sirih merah dan biji srikaya mengandung senyawa kimia beracun
(senyawa sekunder) juga mengandung bakteri pathogen yakni Bacillus spp,
Streptomyces, dan Clostridiumyang terdapat pada ekstrak daun sirih
merah.
Hasil percobaan
perlakuan perendaman malai padi sebagai makanan kepik hitam, menggunakan 3%
larutan MoL yang ditunjukkan pada tabel 2 memperlihatkan bahwa persentase
mortalitas kepik hitam tertinggi pada hari pertama sampai pada hari kedua yaitu
pengaplikasian laruutan MoL daun sirih merah dengan tingkat persentase hari
pertama 62,5% dan hari kedua 30%, sehingga total persentase mortalitas kepik
hitam selama dua hari adalah 92,5%. Sedangkan pada pengaplikasian larutan MoL
biji srikaya pada hari pertama sekitar 37,5% dan hari kedua sekitar 22,5%,
sehingga tingkat persentase mortalitas kepik hitam selama dua hari sebanyak
60%.
Setelah kepik hitam yang tidak
mati pada masing-masing perlakuan di pelihara selama lima hari dengan pemberian
makanan berupa malai padi yang tidak diberi perlakuan, tampak bahwa
mortalitas yang di tunjukkan oleh kepik
hitam yang merupakan sisa kepik yang masih hidup pada perlakuan perendaman
malai padi sebagai makanannya dengan menggunakan 3% larutan MoL daun sirih
merah menunjukkan tingkat persentase mortalitas yakni 100% mati pada hari
pertama pemeliharaan dengan memberikan makan malai padi yang tidak diberi
perlakuan. Sedangkan pada kelanjutan pemeliharaan kepik hitam yang telah 2 hari
sebelumnya diberi perlakuan dengan menggunakan larutan MoL biji srikaya
menunjukkan tingkat persentase mortalitas kepik hitam sampai hari kelima
pemeliharaan tanpa perlakuan pada malai padi sebagai makanannya menunjukkan
angka 98%. Hal ini berarti bawah yang paling efektif dalam pengendalian hama
tanaman padi yaitu kepik hitam adalah pengaplikasian larutan MoL daun sirih
merah dengan konsentrasi 3%.
Berdasarkan pembahasan dua
perlakuan tersebut yaitu perlakuan penyemprotan larutan MoL sehingga diharapkan
terjadi kontak integumen antara larutan MoL dengan kepik hitam dan perlakuan
perendaman malai padi sebagai makanan kepik hitam dengan harapan bahwa senyawa
kimia dan bakteri yang terkandung dalam larutan MoL tersebut dapat menginfeksi
kepik hitam melalui sistem pencernaannya. Hasil percobaan membuktikan bahwa
perlakuan yang efektif meningkatkan persentase mortalitas kepik hitam adalah
melalui kontak makanan. Hal ini didukung oleh Tanada dan kaya
(1993) mengungkapkan bahwa pada umumnya bakteri akan menginvasi serangga
melalui saluran pencernaannya, sedangkan invasi bakteri terhadap serangga
melalui telur, pernafasan, maupun integumen biasanya jarang terjadi. Mekanisme
kerja bakteri dalam sistem pencernaan menurut Tanada dan Kaya (1993) bahwa
bakteri akan melepaskan enzim lecitinase, proteinase dan kitinase yang akan
menghancurkan dinding sel dan masuk ke dalam darah.
Diketahui bahwa larutan MoL
mengandung berbagai unsur hara makro dan mikro serta mengandung bakteri yang
berpotensi sebagai pendekomposer bahan organik, fertilizer, dan sebagai agen
pengendali hama dan penyakit pada tumbuhan (Christine, 2008; Puswasasmita dan
Kunia, 2009; BPP Jompo Kulon, 2010; Permana, 2011).
KESIMPULAN
Hasil penelitian membuktikan
bahwa tingkat mortalitas kepik hitam dengan menggunakan MoL daun sirih merah melalui
kontak integumen selama 2 hari yaitu sebesar 82,5%, penggunaan MoL biji srikaya
sebesar 72,5%, dan tanpa campuran MoL sebesar 2,5%. Sedangkan perlakuan melalui
kontak makanan kepik hitam melalui perendaman malai padi menunjukkan bahwa perendaman
malai padi sebagai makanan kepik hitam selama 2 hari dengan MoL daun sirih
merah yaitu sebesar 92,5%, perendaman malai padi dengan MoL biji srikaya
sebesar 60%, dan perendaman malai padi tanpa campuran MoL daun sirih merah dan
biji srikaya sebesar 2,5%. Dengan demikian daya bunuh MoL daun sirih merah melalui
kontak makanan dengan cara perendaman malai padi lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakukan MoL daun sirih merah melalui kontak integumen dengan cara
penyemprotan.
SARAN
Sebaiknya
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi metabolit sekunder
mikroba yang terdapat dalam larutan MoL daun Sirih merah dan larutan MoL
ekstrak biji Srikaya yang berperan untuk mematikan kepik hitam.
DAFTAR
PUSTAKA
Baskoro.2009. Buletin peramalan OPT Vol 7 No
1. Edisi XI. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Balai Besar Peramalan OPT.
BPP Jompo Kulon. 2010. Mikro Organisme Lokal. Kamis,05 Agustus 2010.
Christine.2008. Cara membuat MOL Tapai.
Sumber Sobirin,http:// clearwaste.blogspot.com/.Sabtu, 01 Maret 2008.
Grainge,M.
and Ahmed, S. 1988. Hand Book of Plant with Pest Control Properties. John
Willey & Sons. New York 470 pp.
Markhan, K.R. 1988. Cara Mengedintifikasi Flavonoid.
ITB. Bandung.
Permana,
Dedi. 2011.Kualitas Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Sapi Pedaging yang di
Fermentasi Menggunakan Mikroorganisme Lokal. Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan Fakultas Pertanian IPB Bogor. Skripsi. 40 halaman.
Purwassasmita
M., Kunia K.2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan Dalam
Bioreaktor Tanaman.Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia ( SNTKI, 2009) Bandung 19-20 Oktober 2008.
Rauf, Aunu dan Lanya, Harsono. 2008.
Laporan Hasil Pengamatan Lapangan Klarifikasi Hama Baru Kepik Penghisap Bulir
Padi di Provinsi Sulawesi Utara. Tanggal 4-5 Desember.
Robinson J.C. 1995. Atom Optics. A New Testing Ground for
Quatum Choos. The University of Texas Austin.
Sastrohamidjojo,
Hardoyo. 1996. Sintesis Bahan Alami.Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Tanada,Y.,Kaya, H.K. 1993. Insect Pathology. Academic Press. Inc. New York .666pp.
Tim
Kajian BBPOT dan IP3OPT Pinrang. 2011. Laporan Hasil Kerja Dinamika Popuulasi
Pengendlian Kepik Hitam, Sulawesi Selatan.