Rabu, 10 Desember 2014

Artikel-Ku untuk Mu : Dibalik Hujan Ada Pelangi

DIBALIK HUJAN ADA PELANGI
by : Sepling Paling
Didedikasikan untuk : Siswa/Siswiku yang terkasih angkatan 2011 SMATRA


Hmmmm…….semuanya berawal ketika saya menerima telepon dari pengurus Yayasan Bumi Maitri Tanjungpinang. Tawaran itu membuatku “very Excited”. Sebenarnya, ini bukanlah kali pertama saya mengawali karir di dunia pendidikan sebagai tenaga pendidik.
Awal semester telah dimulai, proses kenalanpun tak terhindarkan. Akhirnya saya didaulat untuk memproklamirkan diri di depan teman-teman yang begitu asing dengan berbagai karakter, bahasa, dan budaya yang tentunya berbeda. Namun dari keberagaman itulah saya menyadari bahwa segala yang kita awali, khususnya di tempat yang masih baru pasti membutuhkan proses atau adaptasi untuk mengenal satu dengan yang lainnya dan sangat mensyukuri indahnya keberagaman itu.  
Saat itu saya di tugaskan untuk mengajar di kelas VII dan VIII. Bel masukpun berbunyi, lucunya saya memperkenalkan diri sendiri di depan kelas tanpa didampingi siapapun. Mata para siswa seperti bertanya-tanya seakan-akan ingin mengatakan “Siapa sih orang ini?”.
Sejenak kelas menjadi hening, tiba-tiba .. . ada suara yang menghentak! oh….ternyata itu suara saya yang berusaha untuk memecahkan keheningan. Seiring berjalannya waktu, kelaspun semakin kondusif dengan tawa, canda, dan gurauan yang sekali-kali dan menggaung di telinga dan memecahkan kekakuan di antara kami.
Seiring berjalannya waktu, berbagai pengalaman saat mengajar bahkan pada saat-saat santai di kantin sekolah ataupun di koridor kelas ketika sedang berpapasan dengan siswa. Dengan pengalaman yang segudang itu, saya boleh berbangga, karena pengalaman-pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang sangat berharga. Dapat mengajar di tempat yang begitu unik bagi saya merupakan pengalaman yang begitu berharga. Apalagi ketika saya mulai memasuki kelas satu per satu, saya merasa banyak karakter siswa yang harus saya pelajari. Keberagaman karakter di setiap kelas membuat saya semakin tertantang untuk tetap tinggal dan lebih mengenal mereka.
Enam bulan berlalu saya mengajar di tingkat SMP, namun sejuta kesan yang saya dapatkan. Entah itu dari keluh kesah tentang perlakuan orang tua mereka, tentang pengajar yang lain, tentang mereka yang baru mulai mengenal cinta, dan masih banyak lagi masalah-masalah yang lainnya yang seakan-akan menarik kita untuk tetap tinggal bercerita dan mendengarkan mereka bak anak kecil yang meminta sesuatu ke orang tuanya.
Sebenarnya pekerjaan mendidik merupakan pekerjaan yang luar biasa dan sangat diberkati. Bagaimana tidak? semua perkataan, tingkah laku kita akan diperhatikan oleh anak didik kita. Seorang pendidik yang benar-benar memiliki karakter pendidik sebaiknya memperhatikan setiap titik dari anak didik terutama hati mereka. Ketika kita bisa mendengarkan mereka dan menyentuh hati mereka maka secara otomatis mereka akan mendengarkan setiap kata yang kita ucapkan. Nah, itu sebagian kecil pelajaran yang saya dapatkan ketika mengajar mereka.

Baik, mari saya lanjutkan lagi cerita pengalaman saya…………..

“waoow!” hanya kata itu yang bisa terucap dari bibirku, karena tak terasa tahun pelajaran baru dimulai lagi. Nah kali ini saya dipindahtugaskan ke divisi yang lain. Ada cletukan anak muda sekarang mengatakan seperti ini “Masalah buat loe?” Hm…….kalau menurut saya sih, “not problem” alias “gak masalah banget” kata anak gaul sekarang, heheheee……
Saya merasa sangat bersyukur ditugaskan di divisi yang lain karena pengalaman yang saya dapatkan tidak kalah berharganya dibanding dengan divisi yang sebelumnya. Disini saya bisa lebih menganal karakter mereka yang begitu beragam. Ada yang cerdas secara verbal tetapi di saat kegiatan olah raga seperti bertemu dengan sesuatu yang begitu berat. Sebaliknya ada yang sangat menyukai olah raga, tetapi saat harus presentasi serasa semua kosa kata yang dimiliki hilang dan susah berbicara. Ada juga yang cerdas secara visual sehingga ketika bertemu dengan guru yang mengajar dengan teknik menjelaskan bak mendengarkan radio rusak yang tidak jelas. Ada anak yang hanya tertarik pada angka sehingga saat berhadapan dengan pengetahuan sosial membuat kening berkerut dan menggaruk-garuk kepala. Ada anak yang selalu ingin explorasi seharian dan tidak betah di ruang kelas karena ia termasuk anak berkebutuhan khusus (hiperaktif). Ada juga yang bermasalah dengan kalimat-kalimat yang kurang sempurna diucapkan karena kemampuan berbahasa Indonesia yang kurang. Terakhir, ada siswa yang bermasalah dengan cara berbicara yang begitu kasar dan tidak sopan.
Dengan kondisi keberagaman tersebut, seorang guru tanpa latar belakang pendidikan psikologi pasti akan mendapatkan ilmu yang sangat berharga. Apalagi ditempatkan di sekolah yang sangat kental dengan budaya Tionghoa dengan bawaan karakter masing-masing dan juga pada umumnya mereka yang belajar di sekolah ini berlatar belakang sosial yang berbeda-beda. Ada yang tingkat kemampuan finansial tinggi tetapi ketika bersosialisasi dengan teman sekolahnya kurang mendapat respon yang baik karena sangat menggampangkan dan meremehkan. Sebaliknya ada yang dari keluarga yang biasa-biasa saja bahkan kurang mampu tetapi dalam pergaulan dengan teman-temanya sangat disenangi. Ada juga yang latar pendidikan orang tua yang tidak pernah mengenal yang namanya sekolah. Namun ada juga yang orang tuanya sarjana.
Dengan demikian, dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang inovatif, kreatif, dan sumber daya pengajar yang berani berbeda dan open minded dengan segala informasi. Apalagi sekarang sistem pendidikan semakin di sempurnakan sejalan dengan perkembangan anak didik. Dari berbagai kajian ditetapkan bahwa pendidikan yang sangat cocok untuk saat ini adalah pendidikan karakter. Why? Yahhhh......karena seperti yang kita lihat saat ini tidak jarang anak didik kita terlibat dalam tawuran, penyalahgunaan NAPZA, seks bebas, dan berbuat sesuka hati di sekolah (kalau orang jawa bilang sih, “Sak kareppe dewe”).
Karakter itu sendiri adalah penerapan nilai-nilai yang melandasi prilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat dan estetika. Jadi, Pendidikan berkarakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik, yaitu  terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Hal ini sejalan dengan visi dan misi sekolah Maitreyawira untuk mejadikan manusia yang sejati, bajik, dan indah.

Yuk kita lanjutkan lagi..........,
Pengajar yang sangat beruntung ini, secara tidak langsung memperoleh pelajaran yang begitu berharga khususnya dalam hal mengenal berbagai karakter anak didik yang hanya bisa didapatkan dari perkuliahan Psikologi Pendidikan. Dengan mengajar di sekolah yang penuh dengan keberagaman ini, seakan-akan saya kuliah di jurusan Psikologi dan Kesehatan.
Pernah suatu masa ketika saya sedang mengajar ada seorang anak yang begitu polosnya tapi juara kelas bertanya demikian “Laoshi (sebutan untuk seorang guru dalam bahasa Mandarin), Bagaimana ya caranya bayi yang begitu besar bisa keluar dari organ reproduksi ibu kita?” Sontak kelas menjadi ramai dengan cekikikan dan tawa yang tertahan. Saya pun mengerutkan kening dan berkata “Waooow” pertanyaan yang begitu polos dan luar biasa. Namun sebagai seorang pendidik sebaiknya memberikan penjelasan yang logis dan masuk akal. Sebagai guru biologi, pertanyaan ini tidak begitu sulit untuk dijawab.
Beda halnya dengan siswa yang lainnya. Sebut saja dia “S” yang begitu cerewet, aktif, selalu ingin tampil beda, dan kerjanya cuma mengkritik guru dan teman-temannya. Namun memiliki sifat sosial yang tinggi terhadap teman-temannya dan guru-gurunya. Karena kelincahan dan inisiatif yang tinggi tak jarang membuat guru-guru dan teman-temannya bangga dan senang. Selain itu dia juga kreatif dan idealis. Satu hal yang sangat tertanam di otak saya, yaitu si “S” merupakan calon-calon profokator yang handal.
Lain padang lain belalang” itulah pepatah tua katanya. Lain siswa lain pula kelakukannya. Ada si “JK” dalam setiap pelajaran pasti ada-ada saja gerak gerik dia yang lucu dan menggemaskan. Tak jarang pula, melontarkan celetukan-celetukan yang tidak senonoh sehingga membuat guru yang mengajar saat itu menjadi jengkel bercampur rasa ingin tertawa dengan sikapnya itu. Mau marah tetapi lucu, mau tertawapun tetapi menjengkelkan. Huuuhh....sungguh luar biasa !
Nah yang satu ini sangat berbeda. Kita beri sebutan saja si “Waoow” karena begitu bedanya dengan yang lain, heheheheee........
Sebenarnya dia cerdas dalam segala hal kecuali dalam hal hitung-hitungan. Setiap kali saya mengajar pasti seabrek pertanyaan sudah disiapkan. Selain itu, otaknya penuh dengan pengetahuan-pengetahuan dunia luar (alias perkembangan IPTEK luar negeri). Sempat saya berfikir “Hm....anak ini bak jendela dunia”  jadi, saya tidak usah repot-repot untuk browsing di Mbah Google. Dia periang namun sangat bermasalah dengan kata-kata yang diungkapkan ketika berbicara dengan orang lain. Selain itu, sikapnya ketika dalam kelas sangat menjengkelkan guru-gurunya. Tak jarang ketika guru sudah keluar dari kelas mengeluhkan sikap dia. Saya merasa ada yang beda dengan perkembangan anak ini. Akhirnya saya berusaha untuk mendekati secara personal dan tidak membutuhkan waktu yang begitu lama untuk mengenal dan mengorek data seputaran kehidupannya dan keluarganya. Memang sangat tidak disangka-sangka banyak hal yang ia lalui dengan penuh perjuangan. Berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya dengan bersikap seperti anak yang periang dan selalu membuat orang lain tertawa. Namun dibalik semuanya itu tersimpan kesedihan yang mendalam yang begitu sakit untuk diceritakan. Satu kebanggan tersendiri yang saya rasakan bahwa si “Waoow” ini bisa bertahan sampai sekarang dengan kondisi yang baik-baik saja tanpa terpengaruh dengan pergaulan-pergaulan yang tidak baik.
Pernah suatu sore ketika kami sedang makan bersama, tiba-tiba dia terdiam dan sesaat kemudian dia menunjuk ke arah seberang meja dan berkata “Laoshi, lihat mereka begitu bahagianya bisa makan bersama dengan orang tuanya, sedangkan AKU..... ? aku hanya bisa melakukan semuanya dengan sendirian”. Ayah sudah meninggal beberapa tahun yang lalu sedangkan Mama saya tinggal dengan keluarga yang baru di negeri seberang yang jauh di sana, katanya dengan nada yang sangat pelan dan terbata-bata. Saat itulah saya mulai memahami, mengapa dia bersikap demikian terhadap guru-gurunya bahkan terhadap teman-temannya.
Finally, saya merasa banyak hal yang harus saya lakukan untuk memperbaiki dan membina anak-anak yang begitu beragam dengan permasalahan mereka masing-masing. Karena saya merasa kitalah yang bertanggungjawab dan harus melakukan semuanya ini “Kalau bukan kita siapa lagi?”. Dengan menghela nafas yang panjang, saya terdiam sejenak dan memikirkan semuanya ini. Banyak hal yang harus dibenahi untuk mewujudkan pendidikan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Seperti yang tertuang dalam UU Sistem Pendidikan nasional No 20 tahun 2003 pasal 3 yang menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi: “Mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sebenarnya untuk mewujudkan semuanya ini sangatlah mudah, hanya dibutuhkan kemauan, kerja keras dan kerjasama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Seorang pendidik yang mendidik sebaiknya dapat mengerti dan memahami setiap permasalahan yang dihadapi oleh anak didik, bukan hanya dalam akademis namun juga dalam hal afektif (sikap/karakter) mereka. Banyak pendidik yang terpanggil untuk mendidik namun hanya sebagian kecil saja yang terpilih. Mendidik bukanlah pekerjaan yang hanya dijadikan sebagai ladang untuk mencari uang, tetapi juga merupakan ladang untuk menabur benih-benih kebaikan, suka cita, dan pembentukan karakter sehingga kita dapat menuai hasil yang baik sesuai dengan yang kita inginkan. Seperti ada kalimat yang selalu menjangkiti pikiran saya “Apa yang kita tabur, maka itulah yang akan kita tuai”. Dengan demikian, sebagai pendidik sebaiknya menyadari akan tugas dan tanggungjawab kita sebagai pendidik yang sebenarnya, bukan hanya karena keterpaksaan menjadi pendidik, namun karena kerinduan kita dan kepedulian kita akan dunia pendidikan bagi anak didik sebagai generasi penerus tongkat estafet pemerintahan bangsa Indonesia.
Pekerjaan mendidik merupakan pekerjaan yang mulia dan luar biasa. Jangan pernah menganggap mengajar sebagai suatu beban tetapi anggaplah mengajar itu suatu berkat dan panggilan jiwa. Jika ada kemauan pasti ada jalan untuk mengatasi semua itu. “Ketuklah pintu maka akan dibukakan bagimu” kata orang bijak. Ketika kita mau menerima keberagaman itu dan menjadikannya suatu kelebihan dan keunggulan, maka saya yakin dan percaya tidak akan ada lagi pertikaian, tawuran, kejengkelan, kedongkolan, dan lain sebagainya. Di balik semua permasalahan yang kita hadapi ada buah-buah kebaikan yang akan kita tuai, mungkin bukan pada saat ini, tapi di masa yang akan datang karena menjadi yang terbaik butuh proses yang panjang dan jadi yang terindah juga butuh penempaan.
Untuk mencapai semuanya ini dibutuhkan keikhlasan, kesabaran, kasih, dan pengorbanan dalam berbagai hal. Yakinlah bahwa “Dibalik Hujan Ada Pelangi”. Seperti seorang bijak pernah berkata “Perbuatlah segalanya dengan KASIH, karena kasih itu universal, lemah lembut, murah hati, memaafkan, dan panjang sabar.” Jangan pernah takut dikecewakan karena “Kecewa itu biasa tapi tetap memberkati meski dikecewakan itu luar biasa”. “Memaafkan itu biasa tapi memaafkan meskipun disakiti berkali-kali itu luar biasa”. Memberi itu biasa tapi memberi dengan penuh pengorbanan itu luar biasa. Bersyukur itu biasa tapi tetap bersyukur ketika tidak punya apa-apa itu luar biasa”. Ketika anda terjatuh, bangkitlah, tidak masalah berapa kali anda terjatuh yang terpenting adalah berapa kali anda bangkit setelah anda terjatuh”.
Banyak orang yang ingin seperti lilin, menjadi terang dalam kehidupannya, tapi enggan untuk dibakar. Banyak orang ingin hidupnya berbuah, agar menjadi berkat, tapi ogah untuk dipangkas ranting-rantingnya dan banyak yang hanya sebatas ingin, ingin dan ingin tanpa ada kerendahan hati.  Dibakar, dipangkas memang sakit, tapi justru sakit itulah sebenarnya yang benar-benar dapat membentuk karakter anak didik kita.
Nah......,itulah sejuta kisah pengalaman yang saya dapatkan selama mengajar walaupun saya masih terbilang baru di divisi ini. Dengan pengalaman tersebut, saya belajar satu hal; ketika pendidikan didukung sikap saling berbagi dan terbuka maka, apa yang menjadi tujuan mulia pendidikan akan lebih terbuka jalannya. Tidak peduli di negara mana kita sekolah, terutama bagi peletakan batu pertama pendidikan di tingkat sekolah dasar. Anak-anak bagaikan kertas putih, kita adalah pemegang tinta yang harus selalu menorehkan kebaikan untuk masa depan mereka yang cemerlang. Mari, kita bentuk anak didik kita menjadi insan kamil yang memiliki “Bright Heart, Bright Mind, Bright Future.   




Seorang bijak pernah berkata :
Mereka yang dapat memberi tanpa mengingat, dan menerima tanpa melupakan akan diberkati.
Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar.

Kadang kasih itu membiarkan, tapi sesungguhnya peduli
Seakan sembunyi, tapi sesungguhnya selalu mengawasi
Seakan menjauh, tapi sesungguhnya dekat
Seakan tidak memperhatikan, tapi sesungguhnya penuh perhatian

Terkadang Tuhan menyembunyikan matahari dan memunculkan petir dan hujan,
karena Dia ingin menerbitkan pelangi
Terkadang Tuhan tidak menjawab doa-doa yang baik menurut kita,
karena Tuhan telah sediakan yang jauh lebih baik dari yang kita doakan

Tuhan izinkan kesulitan agar kita belajar jadi kuat.
Tuhan ijinkan kesulitan agar kita menjadi bijak.
Tuhan ijinkan rintangan agar kita menjadi berani.
Tuhan hadirkan orang-orang dalam kesulitan
untuk kita bantu agar kita belajar mengasihi.



“SELAMAT BERKARYA DALAM MEMBENTUK INSAN-INSAN YANG BERKARAKTER DAN TERBERKATI”

Kamis, 13 November 2014

Materi Keanekaragaman Hayati LM Bio G.10

KEANEKARAGAMAN HAYATI 

ÒApa itu Kehati?ÒPerbedaanperbedaan pada makhluk hidup.
ÒKehati terdiri dari beberapa tingkat:
vKeanekaragaman Gen
vKeanekaragaman JenisvKeanekaragaman ekosistemÒKeanekaragaman Gen
ÒGen : Bagian tertentu dari kromosom yang mengkode protein, terdapat dalam inti sel.
ÒKeanekaragaman gen adalah variasi susunan gen dalam suatu spesies.
ÒKeanekaragaman gen menimbulkan varietas.
ÒContoh : Jengger ayam dan varietas kucing.
ÒKeanekaragaman Jenis ÒPerbedaan-perbedaan pada berbagai spesies makhluk hidup yang hidup di suatu habitat disebut keanekaragaman spesies.
ÒKeanekaragaman jenis lebih mudah diamati.  ÒKeanekaragaman EkosistemInteraksi di antara kondisi lingkungan yg berbeda-beda dengan sekelompok faktor biotik menunjukkan adanya keanekaragaman ekosistem.
Ekosistem terdiri dari ekosistem darat dan laut.
ÒIngin Tahu Lebih Banyak?ÒEkosistem darat :
v Hutan Hujan TropisvStepavGurun vDesidua TemperatavTaigavTundraÒIngin Tahu Lebih Banyak?
ÒEkosistem Akuatik v Ekosistem Air Tawarv Ekosistem Air Lautv Ekosistem Buatan v sawahv tambak ÒKeanekaragaman Hayati IndonesiaÒSpesies Endemik adalah spesies lokal dan unik yang hanya dapat ditemukan di daerah atau pulau tertentu.
q FLORA DI INDONESIA   Flora di Indonesia termasuk dalam kawasan Malesiana. Wilayah ini terletak di daerah khatulistiwa yang beriklim tropis.
ÒIngin Tahu Lebih Banyak?ÒCiri-ciri kawasan Malesiana :
Ø Curah hujan relatif tinggiØ Didominasi oleh pohon dari famili      DipterocarpaceaeØ Banyak anggrek dan rotan Ø Banyak berbagai jenis tumbuhan buah.
ÒPenyebaran Flora di IndonesiaÒHutan Hujan Tropis   Terdapat di Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi. Hutannya lebat, heterogen, kelembaban tinggi. Contohnya eboni, rotan, kamper,meranti, damar. Ò Hutan Musim    Terdapat di seluruh Pulau Jawa, homogen dengan daun yang meranggas pada musim kemarau.
Sabana    Kebanyakan berada di Madura dan Daerah Tinggi Gayo. Vegetasi rumput diselingi semak-semak.
Stepa    Terdapat di Sumba, Sumbawa, Flores, dan Timor. Memiliki padang rumput yang luas. ÒPenyebaran Fauna di Indonesia Alfred Russel Wallace, seorang ahli zoologi mengunjungi Pulau Bali dan Lombok. Kemudian membuat garis pemisah abstrak yang memanjang dari Selat Lombok ke utara hingga melewati Selat Sulawesi dan Filipina Selatan yang memisahkan jenis fauna Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian TengahWeber, mengamati kekhasan hewan-hewan di Indonesia bagian Tengah dan Timur dan membuat garis pemisah abstrak juga mulai dari sebelah timur Sulawesi memanjang ke utara hingga Kepulauan Aru. Trims n good bye ÒFauna Asiatis   Mencakup fauna di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali bagian barat.  Karakteristiknya terdapat jenis hewan menyusui yang berukuran besar serta berbagai macam kera dan ikan air tawar.  Di wilayah ini juga jarang ditemukan jenis burung yang berwarna.ÒFauna tipe Peralihan
(Australia-Asiatik)
(Australia-Asiatik) (Australia-Asiatik)   Mencakup Fauna di wilayah Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara (bagian Tengah). Di sini terdapat jenis hewan yang mirip dengan tipe Asia atau tipe Australia. ÒFauna Tipe Australis   Mencakup wilayah Papua dan Kepulauan Aru. Kebanyakan adalah hewan menyusui yang berukuran kecil dan berkantong. Di wilayah ini tidak ada kera, namun ada sedikit jenis ikan air tawar. Dan banyak jenis Burung Berwarna. ÒMANFAAT KEANEKARAGAMAN HAYATI Dibagi menjadi 3: ÒKeanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Pangan   Indonesia memiliki:É400 spesies tanaman penghasil buah,
É370  spesies tanaman penghasil sayuran,É 70 spesies tanaman berumbi, danÉ 55 spesies tanaman rempah-rempah.  ÒSebagai Sumber Sandang dan Papan   Bahan sandang yang potensial misalnya kapas, rami, yute, Kenaf, abaca, agave, dan benang sutra. Selain itu banyak bahan lain yang bisa digunakan untuk memenuhi sandang.  Untuk papan, digunakan kayu yang hampir dipakai diseluruh rumah adat di Indonesia. Terdapat macam-macam kayu serta pelepah dan tulang daun lontar sebagai atap. ÒKeanekaragaman hayati ÒKeanekaragaman hayati adalah suatu tingkat biodiversitas  yang merujuk pada jumlah total variasi genetik dalam keseluruhan spesies yang mendiami  sebagian/seluruh permukaan bumiÒTeori netral evolusi  Teori ini menjelaskan bahwa keanekaragaman adalah akibat dari akumulasi subtitusi netral. Òlaju kehilangan keanekaragaman hayati dari 1000-10000 kali lebih tinggi dari laju kepunahan alami, laju kepunahan spesies saat ini jauh melampaui apapun dari rekaman fosil (philosophical transactions of the royal society biology) ÒEkosistem mungkin berjalan menuju kerusakan permanen saat banyak negara gagal mencapai tujuan untuk melindungi satwa dan tumbuhan (UNEP 2010)ÒHilangnya Keanekaragaman Hayati ÒKepunahan spesies di dunia diperkirakan rata-rata mencapai 100.000 spesies tiap tahun.ÒIni menunjukkan ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dan kapasitas alam.ÒPenyebab hilangnya keanekaragaman hayati :
Fragmentasi dan Hilangnya Habitat Introduksi SpesiesEksploitasi Berlebihan Spesies Tumbuhan dan HewanPencemaran Tanah, Udara, dan AirPerubahan Iklim GlobalIndustrialisasi Kehutanan dan Pertanian ÒKonservasi Keanekaragaman Hayati ÒKonservasi sumber daya hayati di Indonesia di atur dalam UU No. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup.ÒKawasan konservasi yang ada di Indonesia terkelompok menjadi:É 180 cagar alam,
É72 suaka margasatwa,
É70 taman wisata,É 13 taman berburu,
É17 taman nasional,
É3 taman hutan raya, dan
É13 taman laut. Ò ÒDalam rangka kerja sama konservasi internasional, kawasan suaka alam dijadikan cagar biosfer.ÒCagar biosfer = kawasan yang terdiri dari ekosistem unik, asli, atau ekosistem yang telah mengalami degradasi tetapi dilindungi dan dilestarikan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan.  ÒPelestarian Keanekaragaman Hayati Pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia dilakukan secara :Pelestarian in situ = upaya pelestarian langsung di alam. Contoh : Cagar alam Pulau Komodo di NTT. Pelestarian ex situ = upaya pelestarian dengan cara penangkaran yang dilakukan bukan di tempat hidup (habitat) asli suatu makhluk hidup.  Contoh : Taman safari.
Ò

Rabu, 03 September 2014

Pedoman Praktikum Bakteri LM Bio X IPS

praktikum pembuatan media bakteri

PEMBUATAN MEDIA AGAR DAN STERILISASI

A. Latar Belakang
Saat mempelajari mikroorganisme, Anda terlebih dahulu harus dapat menumbuhkan mikroorganisme dalam skala laboraturium. Anda harus memahami kebutuhan dasar dari mikroorganisme untuk dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan sebaik-baiknya. Pengetahuan mengenai kebutuhan dasar mikroorganisme teersebut dibutuhkan untuk diformulasikan suatu media pertumbuhan. Media pertumbuhan adalah bahan atau media yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Senyawa-senyawa yang dibutuhkan sebagainsumber energy  antara lain karbon dan nitrogen. Sumber karbon pada pembuatan media pertumbuhan umumnya berupa glukosa sedangkan sumber nitrogen antara lain asam amino, peptide, proteosa, dan pepton.
Mineral yang diperlukan dalam jumlah sanggat sedikit untuk pertumbuhan normal mikroorganisme. Kebutuhan mineral tersebut dipenuhi oleh beberapa unsur logam seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, mangan, besi, seng, tembaga, fosfor, dan kobalt.

B. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara membuat media pertumbuhan mikrorganisme
1. Mengetahui jenis dan kegunaan media
2. Mengetahui cara mensterilkan media

C. Teori Penunjang
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya.
Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh.
Berdasarkan konsistensi atau kepadatannya, medium dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Medium cair/broth/liquid medium
Contoh : air pepton, nutrient broth, lactosa, media kaldu nutrient.
b. Medium setengah padat (semi solid medium)
Contoh : media kaldu agar tegak semi solid.
c. Medium padat (solid medium)
Contoh : media kaldu agar, media plate count agar, media agar sitrat Simmons.
Medium semi solid dan solid menggunakan bahan pemadat (seperti amilum, gelatin, selulosa dan agar-agar). Untuk medium padat/solid kita dapat menggunakan agar-agar dengan kadar 1,5%-1,8%, dan pada medium semi solid kadarnya setengah dari medium padat, sedangkan pada medium cair tidak diperlukan pemadat.
Agar biakan bakteri dapat dibuat, maka medium dan alat-alat yang diperlukan harus disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan semua organisme yang dapat menjadi kontaminan. Metode yang lazim digunakan untuk mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas digunakan bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan autaklaf), sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering (menggunakan oven).

D. Metode Praktikum
1. Alat dan bahan
- Beaker glass
- Neraca
- Kapas
- Alumunium Foil
- Labu erlenmeyer
- Kompor gas
- Kain
- Agar batang
- Aquadest
2. Cara Kerja
Tauge ditimbang sebanyak 100 gram dan dimasak dengan aquadest sebanyak 500 ml selama 3 jam. Cek volume air dalam panci selama proses pemasakan jangan sampai berkurang dari volume awal, jika berkurang tambahkan lagi air sehingga volumenya menjadi sama dengan volume air pada awal pemasakan. Masak tauge hingga jernih. Setelah proses pemasakan selesai, saring tauge dan ambil supernatan sebanyak 100 ml. Sebanyak 1,5 gram agar-agar ditambahkan kedalam 100 ml supernatan tauge dan dicampur sampai homogen. Ambil 3 ml dari campuran agar-agar dan supernatan tauge dan dimasukan kedalam tabung reaksi, sumbat tabung reaksi menggunakan kapas. Media aerob siap dipakai untuk kegiatan selanjutnya.
Media Anaerob
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk membuat media anaerob diantaranya botol scout, tabung reaksi, sumbat karet, isolasi plastik, pipet volumetrik dan aluminium foil. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam membuat media anaerob meliputi BHI powder 5,2 gram, glukosa 0,05 gram, Cellubiosa (CMC) 0,05 gram, pati 0,05 gram, cistein 0,05 gram, hemin 1% 0,05 gram, agar-agar 0,5 ml dan rezazurin 0,5 gram.
Cara Kerja
Semua bahan dimasukan ke dalam botol scout dan ditambah air sebanyak 100 ml, homogenkan larutan. Hitung pH larutan hingga pH-nya mendekati pH normal. Ambil 5 ml larutan dan dimasukan ke dalam tabung reaksi lalu tutup dengan menggunakan aluminium foil. Panaskan larutan hingga warnanya berubah dari kuning-merah-kuning bening. Tutup dengan sumbat karet dan beri isolasi pada penutup tabung.



E. Hasil Dan Pembahasan
Pada dasarnya media pertumbuhan dapat dikelompokan menjadi 5 kelompok besar yaitu medium cair, medium kental, medium yang diperkaya, medium kering dan \ media sinergik. Medium cair yang sering digunakan diantaranya peptone. Peptone ialah protein yang terdapat pada daging, air susu, kedelai, putih telur. Medium kental biasa terdapat unsur agar-agar yang berfungsi untuk memperkental tidak untuk merbuah kandungan nutrisi media tersebut. Berdasarkan bentuk fisiknya, media pertumbuhan dapat dikelompokkan menjadi media padat, setengah padat dan cair. Media padat adalah media yang mengandung 15% agar sehingga mudah mengeras. Media setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
Sedangkan berdasarkan tujuan pembuatannya, media dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok. Media pertama adalah media yang digunakan untuk isolasi. Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar. Media selektif/penghambat merupakan media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Media yang diperkaya, media untuk peremajaan kultur, media untuk mementukan kebutan nutrien tertemtu, media untuk karakteristikasi bakteri dan media diferensial adalah beberapa bentuk media berdasarkan fungsi tujuannya.
Komponen anorganik maupun organic merupakan substrat ataupun medium yang baik bagi kehidupan mikroorganisme. Mikroorganisme penghuni tanah merupakan campuran populasi dari protozoa (amoeba, flagllata, cilliata), bakteri (clostridium, rhizobium), alga (ganggang) seperti alga biru, hijau dan jamur terutama jamur bertingkat rendah seperti jamur lender, berbagai ragi, dan berbagai phyromycetes dan ascomycetes (Dwijoseputro, 1998).
Pemilihan media yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba. Kesesuaian suhu, pH, kecukupan nutrien pada media merupakan beberapa syarat untuk mikroba tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada pembuatan media untuk berbagai macam organisme harus menggunakan bahan yang mengandung banyak protein dangan berbagai konsentrasinya sehingga dapat menumbuhkan bakteri (Stanier, 2001). Salah satu bahan yang sering dipergunakan adalah tauge. Tauge berfungsi sebagai sumber protein, sukrosa berfungsi sebagai sumber karbohidrat sehinga cocok dijadikan untuk media pertumbuhan mikroba.

F. Kesimpulan
Media yang dibuat harus disesuaikan dengan karakteristik dari jenis mikroba yang akan ditumbuhkan. Aspek lingkungan seperti suhu, pH, kecukupan nutrien media dan kontaminasi perlu dikondisikan dengan sebaik-baiknya agar mikroba yang ditumbuhkan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang.